LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Argentometri
Oleh
Nama : Mayang Ratna Puri
NIM : D1A151116
Partner
Nama/NIM : Kristiyanti D1A151124
Nama/NIM : Taufik Septian Hidayat D1A151071
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2016
BAB
I
PRINSIP
DAN TUJUAN PERCOBAAN
A.
Prinsip
Percobaan
Berdasarkan reaksi pengendapan dengan AgNO3 sebagai larutan
standar.
B.
Tujuan
Percobaan
Menentukan kadar Clorida (Cl).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah
satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau
garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat
mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya
reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)
B. Pengertian Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum,
yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat
pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam
perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam
larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992)
C. Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide
dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada
titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir
titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4
yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas,
tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2.
Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab
konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada
kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator
berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama
titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2,
dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah.
(Khopkar, 1990)
D. Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN
dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu
pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk
sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi
dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada
metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada
suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang
ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+
tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator.
(Khopkar, 1990)
E. Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan
indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur
agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator
yang dipakai dan pH.
Indikator
ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan
dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida.
Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI
Û H+ + FI-
Ion
FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda.
Flouresein
sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi
ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula
putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang
semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau
hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
F. Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi
Pengenda
1.
Pembentukan
suatu endapan berwarna
Ini
dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide.
Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat,
sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator.
Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk
perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini
hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni
dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)
2.
Pembentukan
suatu senyawaan berwarna yang dapat larut
Contoh
prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam
nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar.
Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan
tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat
yang paling sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan
oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+ + SCN-
Û AgSCN
Fe3+ + SCN- Û [FeSCN]2+
Metode ini dapat
diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam.
Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi
balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl-
Û AgCl
Ag+ + SCN- Û
AgSCN
3.
Penggunaan
indikator adsorpsi
Aksi
dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen,
indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu
perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka
dinamakan indikator adsorpsi.
Zat-zat
yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein
misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya.
Untuk
titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion
klorida. Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah
jambu. (Bassett, 1994)
G.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah :
1. pH
2. Temperature
3. Jenis
pelarut
4. Bentuk
dan ukuran partikel
5. Konstata
dielektrik pelarut
6. Adanya
zat-zat lain
BAB III
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN
A.
Alat
Percobaan
1. Buret
2. Labu
ukur 100 mL 1 buah
3. Erlenmeyer
3 buah
4. Gelas
ukur / pipet volum
B.
Bahan
Percobaan
1. NaCl
2. Indikator
K2CrO4 5%
3. AgNO3
C.
Prosedur
Percobaan
1. Pipet
10 mL larutan sampel NaCl ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan sampai tanda
batas.
2. Pipet
larutan NaCl tersebut sebanyak 10 mL ke dalam Erlenmeyer lalu tambahkan 1 mL
indikator K2CrO4.
3. Masukkan
AgNO3 ke dalam buret kemudian lakukan titrasi larutan NaCl dengan
AgNO3 hingga terjadi endapan merah bata yang konstan.
4. Hitung
kadar Cl dalam NaCl.
BAB
IV
HASIL
PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Percobaan
NaCl
|
AgNO3
|
||
V.awal
|
V.akhir
|
V.terpakai
|
|
10 mL
|
0 Ml
|
12 mL
|
12 mL
|
10 mL
|
12 Ml
|
21 mL
|
9 mL
|
10 mL
|
21 Ml
|
30,5 mL
|
9,5 mL
|
Rata – rata
|
10,16 mL
|
Perhitungan :
1. Standarisasi larutan AgNO3
dengan larutan NaCl 0,1 N
N1
. V1 = N2
.V2
N1
. 10 = 0,1 . 10,16
N1
. 10 = 1,016
N1 =
N1 = 0,1016 N
2. Penentuan kadar Cl dalam garam dapur
(Metode Mohr)
Kadar Cl =
× 100%
=
×
100 %
= 0,244%
B.
Pembahasan
Dasar
teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan
NaCl dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode
yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode
mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini
akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai
titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi
merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Konsentrasi yang
didapatkan adalah 0,1016 dengan rata-rata volume titrasi 10,16 mL. Dan
menghasilkan kadar Cl sebesar 0,244%.
BAB
V
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari percobaan ini standarisasi
larutan AgNO3 dilakukan dengan metode Mohr. Larutan standar primer
yang digunakan adalah NaCl dan larutan K2CrO4 sebagai
indikator. Mengasilakan rata-rata volume titrasi yaitu 10,16 mL, didapatkan
konsentrasi 0,1016 N dan juga menghasilkan kadar Cl sebesar 0,244%.
DAFTAR
PUSTAKA
http://fazaneilisa.blogspot.co.id/2014/01/titrasi-pengendapan-argentometri-i.html
Bassett,
J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran
: EGC. Jakarta.
Harjadi,
W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Khopkar,
S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Day,
RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima.
Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
1. Larutan
NaCl ditambahkan indikator K2CrO
2.
Standarisasi
larutan AgNO3 dengan larutan NaCl + indikator K2CrO4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar