Selasa, 27 Desember 2016

laporan praktikum kimia analitik argentometri



LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Argentometri
Oleh
Nama : Mayang Ratna Puri
                                                            NIM   : D1A151116
Partner
                                            Nama/NIM : Kristiyanti                         D1A151124
        Nama/NIM : Taufik Septian Hidayat     D1A151071
                                                              



LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2016
BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN PERCOBAAN

A.    Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi pengendapan  dengan AgNO3 sebagai larutan standar.

B.     Tujuan Percobaan
Menentukan kadar Clorida (Cl).
































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Titrasi Pengendapan
            Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)

B.     Pengertian Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992)

C. Cara Mohr
            Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
            Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)

D. Cara Volhard
            Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
            Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)

E.  Cara Fajans
            Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
            Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI  Û  H+  +  FI-
            Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda.
            Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)

F.  Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengenda
1.      Pembentukan suatu endapan berwarna
      Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)

2.      Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut
      Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
               Ag+  +  SCN-  Û  AgSCN
               Fe3+  + SCN-  Û [FeSCN]2+
      Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
               Ag+  +  Cl-  Û  AgCl
               Ag+  +  SCN-  Û  AgSCN

3.      Penggunaan indikator adsorpsi
      Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan indikator adsorpsi.
      Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya.
      Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett, 1994)
G.    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah :
1.      pH
2.      Temperature
3.      Jenis pelarut
4.      Bentuk dan ukuran partikel
5.      Konstata dielektrik pelarut
6.      Adanya zat-zat lain







BAB III
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN

A.    Alat Percobaan
1.      Buret
2.      Labu ukur 100 mL 1 buah
3.      Erlenmeyer 3 buah
4.      Gelas ukur / pipet volum

B.     Bahan Percobaan
1.      NaCl
2.      Indikator K2CrO4 5%
3.      AgNO3

C.    Prosedur Percobaan
1.      Pipet 10 mL larutan sampel NaCl ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan sampai tanda batas.
2.      Pipet larutan NaCl tersebut sebanyak 10 mL ke dalam Erlenmeyer lalu tambahkan 1 mL indikator K2CrO4.
3.      Masukkan AgNO3 ke dalam buret kemudian lakukan titrasi larutan NaCl dengan AgNO3 hingga terjadi endapan merah bata yang konstan.
4.      Hitung kadar Cl dalam NaCl.

















BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN



A.    Hasil Percobaan
NaCl
AgNO3
V.awal
V.akhir
V.terpakai
10 mL
0 Ml
12 mL
12 mL
10 mL
12 Ml
21 mL
9 mL
10 mL
21 Ml
30,5 mL
9,5 mL
Rata – rata
10,16 mL

Perhitungan :
1.      Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,1 N
N1 . V1 =  N2 .V2
N1 . 10 = 0,1 . 10,16
N1 . 10 = 1,016
       N1 =
       N1 = 0,1016  N

2.      Penentuan kadar Cl dalam garam dapur (Metode Mohr)
Kadar Cl =  × 100%
                =  × 100 %
              = 0,244%

B.     Pembahasan
Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Konsentrasi yang didapatkan adalah 0,1016 dengan rata-rata volume titrasi 10,16 mL. Dan menghasilkan kadar Cl sebesar 0,244%.





BAB V
KESIMPULAN


Dapat disimpulkan dari percobaan ini standarisasi larutan AgNO3 dilakukan dengan metode Mohr. Larutan standar primer yang digunakan adalah NaCl dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Mengasilakan rata-rata volume titrasi yaitu 10,16 mL, didapatkan konsentrasi 0,1016 N dan juga menghasilkan kadar Cl sebesar 0,244%.































DAFTAR PUSTAKA


http://fazaneilisa.blogspot.co.id/2014/01/titrasi-pengendapan-argentometri-i.html
Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran : EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990.  Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
























LAMPIRAN


1.      Larutan NaCl ditambahkan indikator K2CrO




2.      Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl + indikator K2CrO4



Tidak ada komentar:

Posting Komentar