LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Kromatografi Kertas
Oleh
Nama : Mayang Ratna Puri
NIM : D1A151116
Partner
Nama/NIM : Kristiyanti D1A151124
Nama/NIM : Taufik Septian Hidayat D1A151071
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2016
BAB
I
PRINSIP
DAN TUJUAN PERCOBAAN
A.
Prinsip
Percobaan
Berdasarkan partisi atau distribusi komponen.
B.
Tujuan
Percobaan
Untuk memisahkan campuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah
kromatografi
Kromatografi pertama
kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari Botani Rusia, yang
menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain pada
ekstrak tanaman. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kata yaitu chromos yang berarti warna dan graphos yang berarti menulis.
Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan tulis, warna
senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam proses
pemisahan ini. Tswett sendiri mengantisipasi penerapan pada beraneka ragam
sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberapa
bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap
tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karoten tumbuhan
dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik
lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorpsi menjadi meluas pemakaiannya
dalam bidang kimia hasil alam.
Seiring perkembangan zaman, terdapat 4 perkembangan
utama yaitu :
1.
Kromatografi pertukaran ion dalam akhir dasawarsa 1930-an
2.
Kromatografi partisi dalam tahun 1941
3.
Kromatografi gas pada tahun 1952
4.
Kromatografi gel pada tahun 1959
Selain kemajuan utama
ini, yang memberi mekanisme tambahan pada adsorpsi untuk mendistribusikan zat
terlarut antara fase-fase stationen dan mobil,mucul juga modifikasi dalam
geometri sistem kromatografi, seperti dalam kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis.
Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman
tuntas akan proses kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor-faktor yang
menentukan penampilan kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan
kromatografi gas. Namun pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti
dengan penyesuaian yang cocok, sama menolongnya dengan memahami kromatografi
dalam fase geraknya adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu
revolusi dalam kromatografi cairan yang menjanjikan ketepatan dan efisiensi
baru dalam memisahkan senyawa yang tak dapat dikerjakan dengan kromatografi
gas.
B.
Pengertian
kromatografi
Kromatografi adalah
metode fisika untuk pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan
didistribusikan antara dua fase, salah satunya merupakan lapisan stationer
dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat cair (fluid) yang
mengalir lambat (perkolasi) menembus atau sepanjang lapisan stationer tersebut.
C.
Macam-macam
fase kromatografi
Ada beberapa cara dalam
mengelompokkan teknik kromatografi. Kebanyakan berdasarkan pada jenis fase yang
digunakan (fase gerak dan fase diam) misalnya kromatografi gas dan kromatografi
cairan. Cara pengelompokkan lainnya berdasarkan teknik yang digunakan.
Disini metode kromatografi sebagian dikelompokkan
berdasarkan macam fase yang digunakan dan sebagian lainnya berdasarkan pada
mekanisme pada distribusi fase.
1. Kromatografi cairan-padat atau kromatografi
serapan.
Ditemukan oleh Tswett
dan dikenalkan kembali oleh Kuhn dan Lederer pada tahun 1931, telah digunakan
secara luas untuk analisis organik dan biokimia. Pada umumnya sebagian isi
kolom adalah silika gel atau alumina yang mempunyai angka banding luas
permukaan terhadap volume sangat besar. Sayangnya hanya ada beberapa bahan
penyerap, maka pemilihannya sangat terbatas. Keterbatasan yang lebih nyata pada
kenyataan bahwa koefisien distribusi untuk serapan kerap kali tergantung pada
kadar total. Hal ini akan menyebabkan pemisahan tidak sempurna.
2. Kromatografi cairan-cairan atau kromatografi
partisi.
Dikenalkan ole Martin
dan Synge pada tahun 1941, dan kemudian mendapatkan hadiah Nobel untuk hal itu.
Fase diam terdiri dari lapisan tipis, cairan yang melapisi permukaan dari
padatan inert yang berpori-pori. Ada banyak jenis kombinasi cairan yang dapat
digunakan sehingga metode ini sangat berguna. Lebih lanjut koefisien distribusi
sistem ini lebih tidak bergantung pada kadar, memberikan pemisahan lebih tajam
3. Kromatografi gas-padat
Digunakan sebelum tahun
1800 untuk memurnikan gas. Pada waktu dulu teknik tidak berkembang karena
keterbatasannya sama seperti halnya kromatografi cairan-padat, tetapi
penelitian lebih lanjut dengan macam fase padat baru memperluas panggunaan
teknik ini.
4. Kromatografi gas-cairan
Merupakan metode
pemisahan yang sangat efisien dan serba guna. Teknik lebih menyebabkan revolusi
dalam kimia organik, sejak dikenalkan pertama kali oleh James dan Marthin pada
tahun 1052. hambatan yang paling utama ialah bahan cuplikan harus mempunyai
tekanan uap paling tidak beberapa liter pada suhu kolom, sistem ini sangat baik
sehingga dapat dikatakan sebagai metode pilihan dalam kromatografi karena saat
memisahkan dengan cepat dan peka.
5. Kromatografi penukar ion
Merupakan bidang khusus
kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya sistem ini khusus digunakan untuk
spesies ion. Penemu resin sintetik dengan sifat penukaran ion sebelum perang
dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah dan asam amino.
6. Penyaringan gel
Penyaringan gel
merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi
dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini
dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan
molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul-molekul dengan berat molekul
antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi
permeasi gel merupakan bentuk serupa yang menggunakan polistirena yang berguna
untuk pemisahan polimer.
7. Elektroforesis
Elektoforesis merupakan
kromatografi yang diberi medan lstrik disisinya dan tegak lurus aliran fase
gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katoda dan anion menuju ke
anoda,sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.
8. Kromatografi kertas
Pada kromatografi
kertas senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat diambil dari kertas dengan
jalan memotong noda (spot) yang kemudian melarutkan secara terpisah.
Setetes dari larutan cuplikan
yang mengandung sejumlah komponen yang dipisahkan dengan cara diteteskan pada
daerah yang diberi tanda diatas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas
membentuk noda yang dibuat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam
bejana tertutup yang telah berisi pelarut sebagai fase gerak dimana ujung
cuplikan tercelup (noda harus tidak tercelup, sedikit diatas permukaan
pelarut). Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler
dan menggerakkan komponen-kpmponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak
dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak
yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, maka kertas
diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran
kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa tidak berwarna maka harus
dideteksi dengan metode kimia atau fisika. Cara yang biasa adalah menggunakan
suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari
senyawa-senyawa. Sering juga menggunakan cara deteksi dengan sinar ultra violet
atau teknik radiokimia.
Metode identifikasi yang paling mudah adalah
berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, dengan
menghitung factor retardasi (Rf).
Rf
=
D.
Prinsip
kromatografi
Pemisahan yang terjadi dalam kromatografi
dilaksanakan sedemikian rupa dengan memanipulasi sifat-sifat fisik umum dari
suatu senyawa atau molekul yaitu :
1. Kecenderungan
suatu molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan)
2. Kecenderungan suatu molekul untuk larut
dengan suatu serbuk bahan padat (absorbsi)
3. Kecenderungan
suatu molekul untuk menguap (volatilitas)
Dalam kromatografi,
senyawa-senyawa yang akan dipisahkan ditempatkan pada situasi dinamik
(bergerak) yaitu dengan melakukan pengaliran dan selama itu akan terjadi
peristiwa pelarutan, absorbsi atau penguapan.
BAB III
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN
A.
Alat
1. Beaker
glass
2. Kaca
arloji
3. Kertas
saring
4. Penggaris
5. Pipa
kapiler
B.
Bahan
1. Metil
alcohol 10 mL
2. Etanol
95% 10 mL
3. Amoniak
2M 10 mL
4. Curcumin
C.
Prosedur
Percobaan
1. Siapkan
3 macam pelarut yaitu 10 mL amil alcohol, 10 mL etanol 95% dan 10 mL amoniak 2M,
tuangkan ke dalam beaker glass 300 mL dan tutup dengan kaca arloji. Biarkan
selama 5 menit agar atmosfir dalam beaker glass menjadi jenuh oleh uap pelarut
untuk meningkatkan daya pelarut.
2. Siapkan
kertas saring yang telah dipotong berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3cm ×
10cm kemudian buatlah garis dengan pensil dari ujung atas dan ujung bawah
masing-masing 2 cm.
3. Totolkan
sampel pada bagian tengah garis ujung bawah yang telah dibuat dengan
menggunakan pipa kapiler, biarkan noda mengering kemudian totolkan sampel
sekali lagi.
4. Masukkan
kertas saring tersebut ke dalam beaker glass dan pastikan meniskus pelarut
berada di bawah garis noda. Beaker glass ditutup dan biarkan pelarut bergerak
ke atas sepanjang kertas saring dan jangan biarkan pelarut mencapai ujung
kertas.
5. Jika
pelarut hendak mendekati ujung atas kertas saring maka segera keluarkan kertas
dari beaker glass dan beri tanda posisi pelarut dengan pensil kemudian biarkan
kertas saring mongering.
6. Hitung
Rf dari masing-masing komponen.
BAB
IV
HASIL
PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Percobaan
Diketahui :
·
Jarak tempuh komponen dari tempat
penetesan = 5,7 cm
·
Jarak tempuh pelarut dari tempat
penetesan = 6 cm
Ditanyakan : Rf (factor retardasi) ?
Jawab :
Rf =
=
=
0,95 cm
B.
Pembahasan
Kromatografi
kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai penyerap selektif
dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau sebagai
lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis.
Pada
percobaan ini, Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu tahap penotolan,
pengembangan dan identifikasi. Di mana fase diamnya adalah air yang terikat
pada kertas (selulosa) dan fase geraknya adalah larutan pengembang dari
campuran air.
Pada
tahap penotolan, kertas saring yang digunakan adalah kertas saring whatman
karena mempunyai pori - pori yang besar sehingga noda dapat merembes dengan
cepat dan teratur. Garis awal pada kertas dengan menggunakan pensil karena
pensil terbuat dari grafit yang tidak larut dalam eluen sedangkan jika tinta
pulpen maka tinta pulpen akan larut yang dapat mengganggu penampakan noda. Penotolan curcumin diusahakan tidak terlalu banyak karena akan
mempengaruhi besar spot. Spot yang terlalu besar tidak baik untuk penampakan
noda karena nodanya dapat melebar kesamping atau ke bawah.
Pada
tahap pengembangan, kertas yang berisi totolan dimasukkan ke dalam larutan
pengembang. Totolan cuplikan diusahakan tidak terendam dalam eluen karena akan
melarut dalam pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi
lagi. Kertas tidak boleh menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan
noda.
Pada
tahap identifikasi didapatkan jarak tempuh komponen dari tempat penetesan 5,7
cm dan jarak tempuh pelarut dari tempat penetesan 6 cm sehingga didapatkan Rf
0,95 cm.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dapat ditarik
kesimpulan bahwa kromatografi kertas merupakan jenis kromatografi cair-cair, di
mana fase diamnya adalah lapisan tipis air yang terserap oleh kertas.
Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu tahap penotolan, pengembangan
dan identifikasi. Pada percobaan ini, fase diamnya adalah air yang terikat pada
kertas (selulosa) dan fase geraknya adalah larutan pengembang dari campuran
amoniak,metyl alkohol dan alkohol 95%. Didapatkan jarak tempuh komponen dari
tempat penetesan 5,7 cm dan jarak tempuh pelarut dari tempat penetesan 6 cm
sehingga didapatkan Rf 0,95 cm.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.chem-istry.org/
materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_kertas
LAMPIRAN
A.
Saat tahap pengembangan
B. Hasil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar